Senin, 04 Agustus 2008

fibroadenoma mammae


BAB I
KONSEP DASAR

Pengertian
Fibroadenoma Mammae ( FAM ) adalah suatu kelainan struktur anatomis yang disebabkan oleh tumbuhnya jaringan, atau neoplasma jinak yang terutama pada wanita muda (R.Sjamsuhidajat, 1998 : 541)
FAM adalah suatu tumor yang terdapat pada payudara dengan konsistensi padat, kenyal, dapat digerakkan dari jaringan sekitarnya, yang mempunyai bentuk bulat atau lonjong, dan berbatas tegas ( Soelarto R, 1995 : 355 ).
FAM adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara. Benjolan berasal dari jaringan fibrosa ( masenkim ) dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara sehingga tumor ini disebut tumor campur. (http://syarif.insancendekia.org/?p=4.22juni08.21.00).
FAM adalah tumor jinak dan berbatas tegas dengan konsistensi padat dan kenyal, penanganannya dengan pengangkatan tumor kemudian specimen diperiksa untuk mengetahui adanya keganasan ( Sylvia A. Price, 1995 : 1141 )
Tumor adalah massa padat, besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2cm ( Corwin, 2001 : 596 )
Tumor berasal dari bahasa latin tumere, yang berarti bengkak, merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi. Namun istilah ini sekarang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan jaringan biologis yang tidak normal. Pertumbuhannya dapat digolongkan menjadi dua yaitu tumor jinak ( benigna ) dan tumor ganas ( maligna ). (http://id.wikipedia.org/wiki/tumor.26juni08.11.00 ).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Fibroadenoma Mammae adalah tumor jinak yang menyerang wanita muda dimana tumor tersebut berbentuk bulat, berbatas tegas, kenyal, mudah digerakkan yang berasal dari jaringan fibrosa dan jaringan glandular yang terdapat di payudara. Penanganannya dengan pengangkatan tumor kemudian specimen diperiksa untuk mengetahui adanya keganasan.
Penyebab
Penyebab FAM belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa yang mempengaruhi timbulnya tumor ini antara lain :
Konstitusi genetika
Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu yang menderita kanker.
Pada kembar monozigot terdapat kanker yang sama.
Terdapat kesamaan lateralis kanker payudara keluarga dekat dari penderita kanker payudara.
Pengaruh hormone
FAM umumnya pada wanita, biasanya ukuran akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormone estrogen meningkat. Pada laki-laki kemungkinannya sangat rendah.
Pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker.
Makanan
Makanan yang banyak mengandung lemak dan zat kimia.
Radiasi daerah dada
Radiasi dapat menyebabkan mutasi gen.
Patofisiologi
Fibroadenoma mamae bukan merupakan satu-satunya penyakit pada payudara, namun insiden kasus tersebut tinggi, tergantung pada jaringan payudara yang terkena, estrogen dan usia permulaan. Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan tampak tumor yang membentuk lobus- lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan estrogen fibroadenoma mamae ukurannya akan lebih meningkat hal ini terlihat saat menstruasi dan hamil. Nyeri pada payudara disebabkan karena ukuran dan tempat pertumbuhan fibroadenoma mamae. Karena fibroadenoma mamae tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan adalah dengan mengangkat tumor tersebut, untuk mengetahui apakah tumor itu ganas atau tidak tumor yang sudah di ambil akan di bawa ke laboratorium patologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Setiap kelainan pada payudara h
Manifestasi klinik
Tanda gejala fibrosis mamae khas berupa daerah yang nyeri, lunak (terutama menjelang menstruasi), biasanya berbatas tegas dengan konsistensi yang meningkat. Sering kepadatan dan ketegangan berkurang setelah menstruasi, tidak terdapat tanda- tanda bahwa kelainan ini merupakan predisposisi kanker.
Melalui pemeriksaan mikroskopi fibroadenoma mammae akan terlihat :
Tampak jaringan tumor yang berasal dari masenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (kelenjar epitel) yang berbentuk lobus-lobus.
Lobuli terdiri dari jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler)
Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform. (http://syarif.insancendekia.org/?p=4.22juni08.21.00 ).
Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah :
Mammography
Pemeriksaan mammografy terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada mammografy, keganasan dapat memberi tanda-tanda primer dan skunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata anatara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan distensi pada struktur arsitektur payudara. Tanda skunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papila dan areola, adanya bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamma, dan adanya metastasis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas) (Mansjoer A, 2000:284).
Mammografi di gunakan untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 tahun atau 70 tahun.
Ultrasonography (USG) payudara
Untuk mendeteksi luka- luka pada daerah- daerah padat pada payudara usia muda karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika menggunakan mammografi.
Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan gabungan antara USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnostik yang lebih tinggi (Mansjoer A, 2000:284).
Aspirasi
Mengambil kandungan breast yang menggunakan Fine Needle Aspiration Cytologi (FNAC). Pada FNAC akan diambil sel dari fibroadenoma mammae dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut akan diperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma dan hasil pengambilan akan di kirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa dibawah mikroskop.
(http://syarif.insancendekia.org/?p=4.22juni08.21.00).
Xeroradiography
Sama dengan mammography kecuali adanya suatu plat aluminium dengan suatu pelapis selenium bermuatan listrik digunakan pada tempat dimana tempatkan film hitam putih sinar X mammography.
Thermograpy
Merupakan teknik mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal dari payudara dengan menggunakan sinar infra merah.
Biopsi Payudara
Merupakan suatu cara untuk meyakinkan apakah tumor jinak atau tidak, berbahaya atau tidak berbahaya dengan mengambil jaringan dari penderita secara bedah untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik.
Pelaksanaan yang dilakukan adalah :
Untuk mendapatkan diagnosis pasti hanya dilakukan dengan pemeriksaan histopatologi yang dilakukan dengan :
Biopsi eksisi
Dilaksanakan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya bila tumor <5cm (Mansjoer A, 2000:284).
Eksterfasi FAM adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk pengangkatan tumor yang terdapat pada mammae atau payudara. Dimana tumor ini sifatnya masih jinak namun jika dibiarkan maka akan terjadi penambahan pada masa tumor dan tumor ini terdapat dibawah kulit dan mempunyai selaput atau seperti kapsul, mudah digoyangkan, dan lunak (Sumiardi, 1995:144).
Eksterfasi FAM adalah suatu tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat tumor mammae (Barbara C. Long, 1996:511).
Terapi dari fibroadenoma mammae dengan operasi pengangkatan tumor ini tidak akan merubah bentuk payudara, tetapi hanya akan meninggalkan jaringan parut yang nanti akan di ganti oleh jaringan normal secara perlahan.
Biopsi insisi
Dengan mengangkat sebagian jaringan tumor dan sedikit jaringan sehat, dilakukan untuk tumor yang inoperabel atau lebih besar dari 5 cm (Mansjoer A, 2000:284).
Tujuan dilakukan tindakan pembedahan ini adalah :
Untuk menegakkan diagnosa.
Untuk memperkecil penyebaran tumor.
Untuk mengetahui apakah tumor ini ganas atau tidak dengan cara pemeriksaan Patologi Anatomi terlebih dahulu.
Fokus Intervensi
Masalah yang muncul pada pasien post operasi FAM adalah :
Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
Nampak rileks dan mampu istirahat dengan normal.
Intervensi :
Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
Rasional : mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgetik.
Kaji nyeri, catat lokasi, lamanya, dan intensitas.
Rasional : penentuan skala tersebut menentukan metode yang baik untuk evaluasi subjektif.
Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan nyeri atau menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat menyebutkan pencetus atau faktor pemberat.
Berikan tindakan yang nyaman.
Rasional : meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping.
Kolaborasi pemberian obat analgetik dan antibiotik.
Rasional : nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan ( Doenges, 2000 : 481 ).
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakitnya.
Kriteria hasil : Persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri.
Intervensi :
Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : menumbuhkan rasa percaya.
Diskusikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan operasi dan pemeriksaan.
Rasional : memberikan pemahaman lebih tentang tindakan pengobatan.
Beri dorongan pada pasien untuk mengidentifikasi perasaannya tentang masalah-masalah aktivitas seksual dan mendiskusikan perasaannya dengan pasangannya.
Rasional : pasien dapat membuat rencana untuk masa depan.
Diskusikan dan rujuk ke kelompok pendukung.
Rasional : memberikan tempat untuk pertukaran masalah dengan orang lain dengan masalah yang sama. ( Judith M. Wilkinson, 2007: 34)
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
Kriteria hasil : pasien dan keluarga mengatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.
Intervensi :
Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan klien dan keluarga.
Rasional : mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman pasien pada materi yang akan disampaikan.
Berikan penjelasan tentang penyakit dan perawatannya.
Rasional : pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya, dapat meningkatkan kekuatan pada program dan mengurangi tingkat kecemasan.
Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis dan efek samping.
Rasional : meminimalkan efek samping obat yang bisa menimbulkan efek buruk bagi klien.
Dorong keluarga untuk bertanya ( Carpenito, 2000:289 )
Rasional : meningkatkan status mental pasien dan berusaha mendengarkan apa yang dikeluhkan pasien.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terdapatnya pintu masuk organisme.
Kriteria hasil : meningkatkan waktu penyembuhan luka.
Intervensi :
Kaji balutan luka, awasi tanda-tanda infeksi pada insisi. ( Doenges, 2000 : 754 ).
Rasional : pengenalan diri terjadinya infeksi dapat memampukan pengobatan dengan cepat.
Tekankan teknik aseptik dalam perawatan.
Rasional : meminimalkan faktor yang menyebabkan infeksi.
Tekankan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan.
Rasional : meminimalkan faktor yang menyebabkan infeksi
Pantau hasil laboratorium. (Juditt M. Wilkinson, 2007:263 )
Rasional : pada infeksi terjadi peningkatan lekosit.
Kolaborasi pemberian antibiotik. ( Doenges, 2000:754 )
Rasional : mengobati infeksi dan meningkatkan penyembuhan.
arus dipikirkan ganas sebelum dinyatakan tidak (Arif Mansjoer, 2000:283 ).

resume keperawatan


BAB II
RESUME KEPERAWATAN

Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Minggu tanggal 22 Juni 2008 pada pukul 17.00 WIB oleh Ayik Zulia Setiarini di ruang Rahmat W9 RS Purbowangi.
Identitas pasien
Pasien bernama Nn. K jenis kelamin perempuan dengan umur 16 th agama islam pendidikan SMP bekerja sebagai pembantu rumah tangga alamat Jladri RT 2 RW VI Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Dengan diagnosa post operasi eksisi FAM sinistra hari ke-2, nomor CM 041752 tanggal 20 Juni 2008.
Riwayat keperawatan
Pasien datang pada tanggal 20 Juni 2008 dengan keluhan payudara kiri terdapat benjolan kenyal dan nyeri. Nyeri seperti ditusuk di sekitar benjolan, timbul ±5-10 menit, skala nyeri : 8 dan di DX FAM Sinistra. Kemudian pasien di kirim ke ruang Rahmat W9 dengan TD: 110/70 mmHg, HR: 86x/mnt, RR: 18x/mnt, S: 36,50C. Pada pukul 10.00 WIB dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil Hb 12,6 gr%, Leukosit 4200 /m3, Golongan darah B dan Gula sewaktu 138 mgr/dl.
Pada pkl 18.00 wib dilakukan operasi Exici FAM Sinistra dengan anestesi GA dan operasi selesai pkl 18.30wib. Diameter tumor yang sudah diangkat 2,5 cm. Dan dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi untuk tumor yang sudah diangkat di Jogjakarta. Terapi yang diberikan adalah Amoxcillin 3x500mg/oral dan Asam mefenamat 3x500mg/oral.
Pengkajian fokus
Pengkajian dilakukan pada hari Minggu tanggal 22 Juni 2008 pada pukul 17.00 WIB pasien mengeluh nyeri, nyeri timbul di luka post operasi, nyeri senut-senut, nyeri bertambah saat bergerak, nyeri timbul ± 5 menit kemudian hilang dan skala nyeri: 6, terdapat luka tertutup post op eksisi FAM sinistra. TD: 90/60mmHg, N: 76x/mnt, RR: 20x/mnt, S: 36,50C. Pasien tampak bingung dan bertanya-tanya tentang penyakit dan penanganannya, pasien juga bertanya hasil pemeriksaan patologi anatomi.
Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
Analisa data
Data subyektif pasien mengatakan nyeri di daerah luka post op, nyeri seperti ditusuk-tusuk, bertambah jika bergerak, nyeri datang ± 5 menit kemudian hilang, skala nyeri 6, data obyektif klien terlihat menahan nyeri, pasien mengernyitkan dahi, tingkah laku berhati-hati, terdapat luka post op eksisi FAM sinistra, dari data tersebut penulis mengangkat masalah nyeri akut dengan penyebab diskontinuitas jaringan. Data subyektif pasien tidak tahu tentang kondisi penyakitnya, pasien cemas dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi apakah tumor ganas atau tidak yang belum diketahui hasilnya, data obyektif klien terlihat bingung dan bertanya tentang penyakitnya, dari data tersebut penulis mengangkat masalah kurang pengetahuan tentang kondisi prognisis dengan penyebab kurang informasi. Penulis juga menemukan data obyektif terdapat luka post operasi eksisi FAM sinistra , dari data tersebut penulis mengangkat masalah keperawatan resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pintu masuk mikriorganisme.
Diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pintu masuk mikroorganisme.
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis berhubungan dengan kurang informasi.
Intervensi, Implementasi dan Evaluasi
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan.
Tujuan dari diagnosa di atas adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri hilang atau berkurang dan pasien bisa istirahat. Untuk mengatasi masalah diatas penulis mempunyai beberapa rencana tindakan yaitu antara lain monitor TTV, kaji skala nyeri dan intensitas, beri posisi yang nyaman, ajarkan teknik distraksi dan relaksasi, ciptakan lingkungan yang nyaman dan kolaborasi pemberian analgetik.
Dalam mencapai tujuan dari masalah diatas penulis melakukan tindakan yang sudah direncanakan antara lain pada tanggal 22 Juni 2008 pukul 17.00 WIB mengkaji skala nyeri dan intensitasnya (1-10), pasien mengatakan nyeri di daerah luka post op, nyeri seperti ditusuk-tusuk, bertambah jika bergerak, nyeri datang ±5 menit kemudian hilang, skala nyeri : 6, data obyektif klien terlihat menahan nyeri dan pada saat itu juga penulis mengajarkan teknik relaksasi nafas panjang, memberikan posisi yang nyaman (semi fowler)dan mengkaji TTV. Respon pasien dengan intervensi diatas adalah klien meras lebih nyaman. Pada tanggal 23 Juni pukul 08.00 WIB penulis mengkaji nyeri pasien dan respon pasien mengatakan kondisi nyerinya masih sama, kemudian penulis mengajarkan teknik distraksi dan relaksai respon pasien mengatakan nyerinya berkurang. Pada pukul 12.00 WIB penulis memberikan obat Asam Mefenamat 500 mg kepada pasien dan pasien meminum obatnya.
Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 13.00 WIB pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4, pasien tampak rileks, pasien meminum obat analgetik, berarti masalah teratasi dan lanjutkan intervensi anjurkan pasien menggunakan relaksasi distraksi yang sudah diajarkan dan meminum obat secara tepat waktu.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terdapatnya pintu masuk mikroorganisme.
Tujuan dari diagnosa di atas adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan resiko infeksi dapat teratasi dengan tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi dan penyembuhan luka tepat waktu. Untuk mengatasi masalah diatas penulis mempunyai beberapa rencana tindakan yaitu antara lain monitor TTV, tekankan teknik aseptic dalam perawatan, tekankankan pentingnya kebersihan lingkungan dan pasien, kolaborasi dalam pemberian antibiotik dan kolaborasi pemeriksaan laboratorium.
Dalam mencapai tujuan dari masalah diatas penulis melakukan tindakan yang sudah direncanakan antara lain pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 10.30 WIB penulis mengganti balutan luka post operasi eksisi FAM sinistra dengan teknik aseptic serta mengkaji tanda-tanda infeksi. Respon pasien dengan intervensi diatas pasien kooperatif saat dilakukan ganti balut, terdapat luka insisi dengan panjang 5cm dan 5 buah jahitan, luka bersih, kering, dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi. Pada pukul 12.00 WIB penulis memberikan obat Amoxcillin 500mg dan pasien meminumnya.
Hasil evaluasi selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 13.00WIB yaitu resiko tinggi penyebaran infeksi teratasi, meskipun masalah penyebaran infeksi belum terjadi tetapi masalah resiko tinggi infeksi tetap ada karena adanya luka post op eksisi FAM sebagai tempat masuk kuman. Untuk intervensi selanjutnya pertahankan perawatan luka rutin dengan teknik septic aseptic dan kolaborasi.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Tujuan dari diagnosa di atas adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit diharapkan klien tidak bertanya lagi tentang penyakitnya dan klien tidak cemas lagi. Untuk mengatasi masalah diatas penulis mempunyai beberapa tindakan yaitu antara lain kaji tingkat pengetahuan klien, beri penjelasan singkat tentang penyakitnya, berikan pendidikan kesehatan tentang penyakit dan penanganannya. Dalam mencapai tujuan dari masalah diatas penulis melakukan tindakan yang sudah direncanakan antara lain mengkaji tingkat pengetahuan klien dan respon pasien hanya lulus SMP dan kurang tahu tentang penyakitnya. Pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 11.15 WIB penulis memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit FAM yaitu meliputi pengertian, tanda gejala, penanganan dan perawatan luka di rumah yang meliputi luka tidak boleh dibasahi, jangan menyentuh area luka, pertahankan kebersihan, makan-makanan yang bergizi, kurangi aktivitas yang berat dan control tepat waktu dengan respon pasien terlihat memperhatikan dan mengerti serta mampu menjawab pertanyaan dengan sederhana.
Hasil evaluasi untuk masalah kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis b.d kurang informasi teratasi dengan baik, hasilnya pasien paham dan mengerti, tidak cemas lagi serta mampu menjwab pertanyaan secara sederhana.

PEMBAHASAN


BAB III
PEMBAHASAN

Pada BAB PEBAHASAN ini penulis membahas tentang asuhan keperawatan yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. K DENGAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI : POST EKSISI FIBROADENOMA MAMAE SINISTRA HARI KE-2 DIRUANG RAHMAT W9 RUMAH SAKIT PURBOWANGI “ yang telah penulis laksanakan dengan metode pemecahan masalah ilmiah berdasarkan literatur – literatur yang ada. Hal-hal yang dibahas meliputi tentang pengertian dari diagnosa, mengapa diagnosa ditegakkan, bagaimana memprioritaskan masalah, rasionalisasi, kekuatan dan kelemahan dalam rencana tindakan serta bagaimana hasil evaluasi dari masalah keperawatan tersebut.
Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
Nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara actual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan (Association for the study of paint), serangan mendadak matau perlahan yang dapat diantisipasi atau diprediksi nyeri berkurang dari 6 bulan (Nanda, 2006:146).
Masalah nyeri didukung oleh adanya laporan secara verbal atau non verbal, menunjukkan kerusakan, posisi untuk mengurangi nyeri, gerakan untuk melindungi, tingkah laku berhati-hati, focus pada diri sendiri, tingkahlaku distraksi, satu jalan, menemui orang lain, aktivitas berulang, perubahan nafas, nadi, perubahan nafsu makan, tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, dan lemah) (Nanda, 2006:146).
Pada kasus ini terjadi tindakan operasi eksisi FAM yang mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan kulit yang merangsang reseptor nyeri atau nosiceptor kemudian mengakibatkan sel-sel di korda spinalis informasi mengenai rangsangan nyeri dikirim oleh satu dari dua jarak ke otak yaitu traktus neospinotalamus atau traktus pameotonailamikus. Serat-serat ini berjalan melalui daerah daerah retikuler berjalan untuk mengaktifkan hipotalamus, sehingga hipotalamus mengisyratkan nyeri (Corwin, 2000:227).
Diagnosa ini diprioritaskan pertama karena keluhan utama yang dirasakan pasien adalah nyeri, sehingga masalah nyeri harus diatasi terlebih dahulu untuk mempermudah dalam memberikan tindakan keperawatan selanjutnya.
Rencana yang dibuat yaitu kaji skala, intensitas, dan durasi nyeri, ajarkan teknik distraksi dan relaksasi, berikan lingkungan yang tenang dan posisi posisi yang nyaman, kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
Rencana yang sudah dilakukan yaitu :
Mengkaji skala, lokasi, intensitas, dan durasi nyeri
Mengkaji skala nyeri dengan menanyakan kepada pasien menggunakan skala1-10, dimana skala 1-3 nyeri ringan, 4-7 nyeri sedang, 8-10 nyeri berat/ paling nyeri, pasien menjawab dengan skala 6, menanyakan nyeri dimana pasien menjawab di daerah yang dioperasi, menanyakan yang menyebabkan nyeri pasien menjawab saat untuk bergerak, dan nyeri berkurang jika tiduran atau duduk, nyeri timbul sewaktu-waktu dan lamanya bervariasi. Dengan data yang diperoleh penulis dapat mengevaluasi kebutuhan dan keefektifan intervensi. Perubahan nyeri yang bertambah dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi contohnya nekrosis atau infeksi (Doenges, 2000:789).
Kekuatan tindakan ini yaitu klien kooperatif sehingga memudahkan penulis dalam memonitor nyeri.
Kelemahan dalam tindakan ini yaitu saat mengkaji skala, durasi, intensitas pasien tampak bingung untuk menjawab sehingga perlu penjelasan yang berulang-ulang baru pasien bias menjawab.
Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
Mengajarkan teknik distraksi dengan berimajinasi atau membayangkan hal yang indah serta mengajarkan relaksasi dengan nafas dalam dapat memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan koping dalam manajemen nyeri yang mungkin menetap untuk periode lama (Doenges, 1997:765).
Kekuatan saat melakukan tindakan ini yaitu klien sangat kooperatif dan mampu melakukan nafas dalam seperti yang diajarkan.
Kelemahannya penulis tidak dapat memonitor langsung, secara terus-menerus sehingga tidak dapat menilai keefektifan nafas dalam yang dilakukan klien, klien belum mampu merasakan manfaat dari teknik distraksi.
Memberikan posisi yang nyaman
Memberikan posisi yang nyaman atau lebih tepat memposisikan klien pada posisi yang nyaman yaitu posisi supinasi setengah duduk. Klien dengan luka post op di payudara sebelah kiri dapat menurunkan tekanan local serta dapat meningkatkan sirkulasi (Doenges, 2000:765).
Penurunan tekanan dan meningkatnya sirkulasi dapat menurunkan nyeri pada daerah luka post operasi eksisi FAM.
Kekuatan tindakan ini yaitu dalam melakukan tindakan ini mudah dilakukan karena tempat tidur yang datar dapat ditinggikan dan diganjal satu bantal sehingga mendukung dalam posisi semi fowler.
Kelemahan tindakan ini tidak dapat dilakukan terlalu lama secara terus menerus karena dapat menyebabkan kelelahan.
Kolaborasi pemberian analgetik
Analgeti yang diberikan yaitu Asam Mefenamat 3 x 500mg, asam mefenamat mengandung analgetik yang bekerja mengatasi rasa sakit dan juga anti inflamasi (radang) golongan nonsteroid (http://www.mediasehat.com.26.07.08.11.30am.).
Kekuatan dari tindakan ini yaitu analgetik diberikan melalui oral sehingga memudahkan pasien untuk meminumnya.
Kelemahan dari tindakan ini adalah efek dari obat terbatas untuk mengatasi nyeri terbatas , sehingga pasien harus teratur dalam meminum obat analgetik.
Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 13.00 WIB pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri, pasien tampak rileks, pasien meminum obat analgeti, dan pasien tiduran dengan posisi semi fowler berarti masalah teratasi dan lanjutkan intervensi anjurkan pasien menggunakan relaksasi distraksi yang sudah diajarkan dan meminum obat secara tepat waktu.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahan pintu masuk microorganisme.
Resiko infeksi yaitu peningkatan resiko untuk terinvasif oleh organismne pathogen ( Nanda,2006:121 ).
Factor resiko meliputi prosedur invasive, tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen, truma, destrukasi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan, rupture membrane amniotic, agen masetikal (nilai imunosuprasan), mal nutrisi, peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen, imunosupresi, perttahanan sekunder tidak adekut, pertahanan primer tidak adekuat missal trauma jaringan, kulit tidak utuh, penurunan detak silia, cairan tubuh statis, perubahan sekrasi pH, dan penyakit kronis (Nanda,2006:121).
Masalah ini dirumuskan karena pada klien terdapat luka insisi post operasi eksisi FAM, pada daerah payudara kiri. Fibroadenoma mammae jika tidak diangkat akan menyebabkan penekanan jaringan sekitar dan menyebabkan nyeri dan untuk mengatasinya dilakukan tindakan pembedahan untuk mengangkat tumor dan untuk mengetahui apakah tumor ganas atau jinak. Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur sebelumnya tidak mengalami cedera akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi ( Price, 1995:1193 ), sehingga merupakan adanya jalan masuk kuman atau bakteri pathogen.
Dignosa ini diprioritaskan kedua karena luka masih baru, bersih tetapi mungkin juga terjadi infeksi karena terdapat jahitan yang mengakibatkan luka baru yang memerlukan perawatan dengan teknik steril dan perlu pemantauan sehingga dapat meminimalkan terjadinya infeksi ( Boswick, 1997:122)
Rencana tindakan yang sudah dibuat yaitu kaji tanda-tanda infeksi, pertahankan teknik septic aseptic dalam perawatan luka, melakukan perawatan luka, tekankan kebersihan diri pasien dan lingkungan, kolaborasi pemberian antibiotic dan kolaborasi pemeriksaan laboratorium.
Rencana tindakan yang sudah dilakukan :
Mengkaji tanda-tanda infeksi
Mengakaji tanda-tanda infeksi dengan memonitor ada atau tidaknya tanda-tanda infeksi pada luka post operasi eksisi FAM. Sehingga jika diketahui adanya tanda-tanda infeksi (dolor, kalor, rubor, tumor, dan fungsiolesa) dapat dilakukan pengobatan lebih dini sehingga dapat mencegah infeksi lebih lanjut yang dapt mempersulit penyembuhan (Doenges,2000:744).
Kekuatan dari tindakan ini dapat mendeteksi terjadinya gangguan penyembuhaqn luka dan dapat dilakukan pada saat mengganti balutan luka.
Kelemahan dalam melakukan tindakan ini yaitu hal ini tidak dapat dilakukan setiap saat karena seringnyas membuka balutan dapat meningkatkan frekuensi seringnya luka terpapar dengan lingkungan.
Mempertahankan teknik septic aseptic
Dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan dapat menurunkan kontaminasi silang sehingga bakteri tidak menyebar terutama ke daerah luka yang yang pada akhirnya dapat menurunkan resiko infeksi dan penyebarannya (Doenges, 2000:874).
Kekuatan dari tindakan ini yaitu tindakan ini mudah dilakukan tetapi manfaatnya besar.
Kelemahan dari tindakan ini yaitu mencuci tangan hanya dilakukan oleh perawat pasien sedangkan orang lain yang kontak dengan pasien tidak, jika dilakukan satu orang saja infeksi tetap terjadi.
Perawatan luka rutin
Mengganti balutan luka dengan teknik steril dilakukan karena dengan teknik steril dapat meminimalkan kesempatan perkembangan bakteri sehingga dapat menurunkan resiko tinggi infeksi dan penyebarannya (Doenges, 2000:791).
Kekuatan tindakan ini pasien kooperatif saat dilakukan ganti balutan, setelah diganti pasien mengatakan enak dan nyaman.
Kelemahan dari tindakan ini hasil tidak akan maksimal jika tindakan ini dilakukan sendiri oleh pasien atau keluarga pasien.
Kolaborasi pemberian antibiotic
Antibiotic yang diberikan yaitu amoxcillin 3x 500mg, amoxcillin mengandung antibiotic yang bekerja menghambat sintesa dinding sel bakteri sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi (Inecdrus, 1996:13).
Kekuatan tindakan ini yaitu obat diberikan secara oral dan pasien dengan mudah meminumnya tanpa harus ada trauma jaringan tusukan jarum.
Kelemahan dari tindakan adalah bakteri akan menjadi resisten terhadap antibiotic, apabila tidak teratur dalam meminum antibiotic.
Hasil evaluasi selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada tanggal 23 Juni 2008 pukul 13.00WIB yaitu resiko mtinggi penyebaran infeksi teratasi, meskipun masalah penyebaran infeksi belum terjadi tetapi masalah resiko tinggi infeksi tetap ada karena adanya luka post op eksisi FAM sebagai tempat masuk kuman. Untuk intervensi selanjutnya pertahankan perawatan luka rutin dengan teknik septic aseptic dan kolaborasi pemberian antibiotic sesuai indikasi.
Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis b.d kurang informsi.
Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan dimana seseorang individu atau kelompok mengalami defisiensi pengetahuan kognitif atau ketrampila-ketrampilan psikomotor berkenaan dengan kondisi atau rencana pengobatan.(Carpenito,1997:222).
Batasan karakteristik yang mendukung masalah keperawatan tersebut adalah pasien meminta informasi dan mengekspresikan persepsi yang ”tidak akurat” terhadap kondisi kesehatannya dan penampilan yang tidak tepat untuk perilaku sehat yang diinginkan dan adanya ekspresi yang menunjukkan adanya kesalahan informasi atau kurang informasi bagi pasien atau salah konsep.(Carpenito,1999:484)
Masalah ini muncul karena kurang informasi pasien mengenai penyakit fibroadenoma mammae didukung oleh pasien yang lulusan SMP dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Diagnosa ini ditegakkan karena penulis menemukan data-data sebagai berikut : data subyektif : pasien mengatakan bingung dengan kondisi penyakitnya dan bertanya-tanya tentang perawatan penyakit. Data obyektif : pasien terlihat bingung.
Masalah ini diprioritaskan ke tiga karena dengan klien bertambah pengetahuannya tentang penyakit dan penanganannya, klien menjadi lebih kooperatif ketika perawat mengintervensi masalah lain dan untuk pengetahuan klien dirumah.
Tindakan yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:
Mengkaji tingkat pengetahuan pasien.(Doenges,2000:96)
Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan tindakan pengobatan yang dilakukan. Hal ini didukung oleh yang menyatakan belajar lebih mudah bisa dimulai dari pengetahuan peserta belajar.
Kekuatan dari tindakan ini yaitu mudah untuk dilakukan dan manfaatnya besar.
Kelemahan dari tindakan ini yaitu keyakinan pasien yang salah trentang penyakit sangat sulit dirubah.
Memberikan penjelasan singkat tentang penyakitnya.
Tindakan ini dilakukan supaya klien mengerti dan bersikap kooperatif ketika dilakukan tindakan keperawatan.
Kekuatan tindakan ini yaitu pasien mampu menerima penyuluhan yang diberikan.
Kelemahannya adalah media yang terbatas.
Mengajarkan cara perawatan luka dirumah.
Tindakan ini dilakukan supaya pasien mengetahui cara perawatan luka dirumah supaya penyembuhan luka pasien tepat waktu dan tidak terjadi penyebaran infeksi yang meliputi Luka tidak boleh dibasahi, jangan menyentuh area luka, jertahankan kebersihan, makan-makanan yang bergizi, kurangi aktivitas yang berat, kontrol tepat waktu.
Kelebihan dari tindakan ini yaitu mudah dalam memberikannya dan manfaatnya besar.
Kelemahan dari tindakan ini yaitu pelaksanaan tindakan dilakukan pasien di rumah tanpa pantauan perawat.
Dari keempat diagnosa keperawatan yang terdapat dalam fokus intervensi, dalam kenyataan yang dihadapi penulis ada diagnosa yang tidak muncul lagi yaitu gangguan citra tubuh berhubungan dengan proses penyakitnya. Hal ini terjadi karena pada saat dilakukan pengkaji tidak menemukan tanda-tanda yang menjurus ke gangguan citra tubuh yaitu pasien tetap berpikir positif tentang tubuhnya.

daftar pustaka


DAFTAR PUSTAKA

Boswick, J. A. 1997. Perawatan Gawat Darurat (Emergency Care), Alih Bahasa Sukman Handali. EGC : Jakarta.
Carpenito, L. J. 2000. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC: Jakarta.
Corwin, J. E. 2000. Buku Saku Patofisiologi, Alih Bahasa Braham U. EGC: Jakarta.
Doenges, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien. Alih Bahasa I Made Kariasa Ni Made Sumarwati. EGC: Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/tumor.26juni08.11.00
http://syarif.insancendekia.org/?p=4.22juni08.21.00
http://www.mediasehat.com.26juli08.11.30
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta
NANDA. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa Budi Santoso. EGC : Jakarta.
Price, S. A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Jilid 2. Alih Bahasa Peter Anugerah. EGC: Jakarta.
Sjamsuhidayat, R. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC: Jakarta.
Wilkinson, JM. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.